Oke ini makalah yang tentunya aku tulis. Tidak sepenuhnya asli, karena beberapa yang aku minta dari artikel lain. Oke langsung saja menuju TKP.
Tujuan :
Agar lebih memahami tentang kondisi sungai Ci Tarum dan mempelajari PLTA yang berhubungan dengan sungai Ci Tarum .
CITARUM
Ci Tarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sungai dengan nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang penting ini sejak 2007 menjadi salah satu dari sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia. Jutaan orang tergantung langsung hidupnya dari sungai ini, sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar alirannya, tiga waduk PLTA dibangun di alirannya, dan penggundulan hutan berlangsung pesat di wilayah hulu.
SEJARAH CITARUM
Ci Tarum juga disebut dalam Naskah Bujangga Manik, suatu kisah perjalanan yang kaya dengan nama-nama geografi di Pulau Jawa dari abad ke-15.
Kata Citarum berasal dari dua kata yaitu Ci dan Tarum. Ci atau dalam Bahasa Sunda Cai, artinya air. Sedangkan Tarum, merupakan sejenis tanaman yang menghasilkan warna ungu atau nila. Pada abad ke-5, berawal hanya dari sebuah dusun kecil yang dibangun di tepi sungai Citarum oleh Jayasinghawarman, lambat laun daerah ini berkembang menjadi sebuah kerajaan besar, yaitu Kerajaan Tarumanegara, kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat. Dari dahulu hingga sekarang, Citarum memainkan peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama masyarakat di Jawa Barat. Dahulu kala, Citarum menjadi batas wilayah antara dua kerajaan yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda (pergantian nama dari Kerajaan Tarumanegara pada tahun 670 Masehi). Fungsi Citarum sebagai batas administrasi ini terulang lagi pada sekitar abad 15, yaitu sebagai batas antara Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten. Dalam perjalanan sejarah Sunda, Ci Tarum erat kaitannya dengan Kerajaan Taruma, kerajaan yang menurut catatan-catatan Tionghoa dan sejumlah prasasti pernah ada pada abad ke-4 sampai abad ke-7. Komplek bangunan kuna dari abad ke-4, seperti di Situs Batujaya dan Situs Cibuaya menunjukkan pernah adanya aktivitas permukiman di bagian hilir. Sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu dari abad ke-1 Masehi juga ditemukan di bagian hilir sungai ini.
Sejak runtuhnya Taruma, Ci Tarum menjadi batas alami Kerajaan Sunda dan Galuh, dua kerajaan kembar pecahan dari Taruma.
GEOGRAFI
Panjang aliran sungai ini sekitar 300 km. Secara tradisional, hulu Ci Tarum dianggap berawal dari lereng Gunung Wayang, di tenggara Kota Bandung, di wilayah Desa Cibeureum, Kertasari, Bandung. Ada tujuh mata air yang menyatu di suatu danau buatan bernama Situ Cisanti di wilayahKabupaten Bandung. Namun demikian, berbagai anak sungai dari kabupaten bertetangga juga menyatukan alirannya ke Ci Tarum, seperti Ci Kapundung dan Ci Beet. Aliran kemudian mengarah ke arah barat, melewati Majalaya dan Dayeuhkolot, lalu berbelok ke arah barat laut dan utara, menjadi perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat, melewati Kabupaten Purwakarta, dan terakhir Kabupaten Karawang (batas dengan Kabupaten Bekasi). Sungai ini bermuara di Ujung Karawang.
Berikut ini adalah sebagian dari anak sungai yang mengalir ke Ci Tarum:
- Ci Beet
- Ci Kao
- Ci Somang
- Ci Kundul
- Ci Balagung
- Ci Sokan
- Ci Meta
- Ci Minyak
- Ci Lanang
- Ci Jere
- Ci Haur
- Ci Mahi
- Ci Beureum
- Ci Widey
- Ci Sangkuy
- Ci Kapundung
- Ci Durian
- Ci Pamokolan
- Ci Tarik
- Ci Keruh
- Ci Rasea
PENCEMARAN
Keadaan lingkungan sekitar Ci Tarum telah banyak berubah sejak paruh kedua dasawarsa 1980-an. Industrialisasi yang pesat di kawasan sekitar sungai ini sejak akhir 1980-an telah menyebabkan menumpuknya sampah buangan pabrik-pabrik di sungai ini.
Setiap musim hujan di sepanjang Ci Tarum di wilayah Bandung Selatan selalu dilanda banjir. Setelah Banjir besar yang melanda daerah tersebut pada tahun 1986, pemerintah membuat proyek normalisasi sungai Citarum dengan mengeruk dan melebarkan sungai bahkan meluruskan alur sungai yang berkelok. Tetapi hasil proyek itu sia sia karena tidak ada sosialisasi terhadap masyarakat sekitar, sehingga sungai tetap menjadi tempat pembuangan sampah bahkan limbah pabrik pun mengalir ke sungai Citarum. Sehingga sekarang keadaan sungai menjadi sempit dan dangkal, sampah dimana mana, warna airpun hitam pekat. akhirnya sampai kini setiap tahun di musim hujan wilayah Bandung Selatan selalu dilanda banjir, bahkan setiap tahun ketinggian banjir selalu bertambah. Apabila anda berkunjung ke Bandung selatan akan terlihat jelas keadaan Sungai Citarum saat ini.
PENANGGULANGAN
Meskipun sungai Citarum pada masa lalu sangat terjaga keasrian dan kelestariannya, namun ternyata sejarah mencatat bahwa Citarum sudah mengalami banjir di beberapa daerah sejak dahulu kala. Oleh. karena itu pada tahun 1810, Bupati Bandung saat itu, R.A Wiranatakusuma II memindahkan ibu kota Bandung dari daerah Krapyak (Dayeuh Kolot) ke daerah Bandung tengah yang bertahan hingga saat ini. Hingga saat ini, banjir sungai Citarum masih rutin terjadi setiap musim penghujan datang. Daerah Dayeuh Kolot dan sekitarnya pun seringkali terendam banjir. Namun demikian, masalah yang ditimbulkan saat ini jauh lebih kompleks.
Pesatnya pertumbuhan penduduk yang memberikan beban berlebihan terhadap daya dukung lingkungan, semakin diperparah dengan kurang bijaknya perilaku manusia di dalam mengelola sumber daya alam seperti penggundulan hutan, pembuangan limbah rumah tangga, peternakan, industri, serta penyalahgunaan tata ruang. Jika tempo dulu sejarah mencatat keluhan masyarakat pada saat banjir hanya berupa penyakit pilek dan diare, maka kini permasalahannya jauh lebih kompleks. Selain gatal-gatal dan penyakit kulit, gangguan pernapasan juga sering timbul akibat bencana banjir, bahkan tak jarang harta bahkan jiwa juga menjadi korban dikarenakan daya rusak banjir yang jauh lebih besar. Sebagai contoh, misalnya Penduduk Desa Sukamaju di daerah Kabupaten Majalaya. Masyarakat desa ini mengaku menjadi langganan banjir dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Jika dulu air datang dan naik perlahan, hingga masyarakat desa masih sempat mengemasi harta bendanya dan mengungsi, kini air datang tiba-tiba dan menyapu desa dalam sekejap. Hal ini mengakibatkan beberapa rumah rusak berat, dindingnya bahkan sebagian besar bangunan rumah ikut terbawa air.
Kondisi ini tercipta tak lain akibat kontribusi kerusakan lahan terutama di daerah hulu. Praktek teknologi pertanian dan pengelolaan lahan yang tidak ramah lingkungan banyak terlihat di sekitar kawasan hulu. Pertanian kentang yang banyak menyebabkan erosi dapat berakibat terjadinya degradasi lahan dan penurunan kapasitas pengaliran sungai akibat sedimentasi yang tinggi. Penanaman rumput gajah di kawasan puncak Gunung Wayang yang banyak terlihat bukan merupakan pilihan yang tepat terutama untuk kawasan lindung dengan kemiringan terjal. Pemanfaatan rumput gajah sebagai makanan ternak yang murah telah menjadikan alasan mereka untuk mengesampingkan kaidah-kaidah kelestarian alam. Kebutuhan untuk bertahan hidup dan memperoleh penghidupan yang mencukupi telah menjadi faktor utama penentu perilaku masyarakat di sekitar kawasan hulu.
PEMANFAATAN
Sejak lama Ci Tarum dapat dilayari oleh perahu kecil. Penduduk sekitarnya memanfaatkan sumber daya perikanan dan menggunakannya untuk keperluan hidup sehari-hari. Belum pernah ada laporan terbuka mengenai jenis-jenis biota yang menghuni sungai ini.
Karena banyaknya debit air yang dialirkan oleh sungai ini, maka dibangun tiga waduk (danau buatan) sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan juga untuk irigasi persawahan di sungai ini:
- PLTA Saguling di bagian paling hulu
DAS Citarum, membentang dari mata air di Gunung Wayang sampai muara di Tanjung Karawang dengan panjang kurang lebih 270 km. Total Daerah Aliran Sungai Citarum kurang lebih 6080 km2 termasuk daerah hulu seluas 1771 km2. Bagian hulu terdiri dari 6 Sub DAS yaitu Citarik, Cirasea, Cihaur, Cisangkuy, Ciwidey dan Cikapundung. Daerah hilir merupakan penjamin ketersediaan air untuk kurang lebih 300.000 Ha persawahan.
Pada Sub DAS Cisangkuy sejak th 1923 telah dibangun PLTA Plengan 3 x 3,5 MW, PLTA Lamajan 2 x 6,5 MW dan PLTA Cikalong 3 x 6,5 MW sedang pada Sub DAS Cikapundung PLTA Bengkok 3 x 1,5 MW dan PLTA Dago 1x 1 MW.
Sedangkan pada sungai Citarum 3 Waduk besar telah dibangun, th 1962 Jatiluhur, th 1984 Saguling kemudian th 1988 Cirata. Masih terdapat kemungkinan untuk membangun PLTA lagi seperti Rajamandala 47 MW.
Secara Umum Pembangunan PLTA Saguling, bertujuan :
- Menghasilkan Tenaga Listrik sebesar 2.156 GwH/Tahun.
- Menghemat Bahan bakar Minyak setara dengan 647.000 Ton/Tahun
- Menghemat Devisa Negara
- Menunjang Pemerataan Pembangunan dengan Listrik Masuk Desa
- Mengembangkan Pariwisata, Perikanan dan Pertanian
Catchment area Waduk seluas 2.283 Km2, mencakup area Bandung 204 km2, Saguling 89 km2, Cililin 207 km2, Montaya 195 km2, Cisondari 298 km2, Cinchona 320 km2, Ciparay 260 km2, Cicalengka 174 km2, Paseh 142 km2, Ujung Berung 257 km2 dan Sukawana 137 km2..
Sistem Telemetering Hidrologi : Station Utama 1 bh, Station Hujan 11 bh, Station Debit/Water Level 3 bh, Repeater Station 1 bh dan Warning Station 17 bh.
Pada Sub DAS Cisangkuy sejak th 1923 telah dibangun PLTA Plengan 3 x 3,5
MW,PLTA Lamajan 2 x 6,5 MW dan PLTA Cikalong 3 x 6,5 MW sedang pada Sub DAS Cikapundung PLTA Bengkok 3 x 1,5 MW dan PLTA Dago 1x 1 MW.
Sedangkan pada sungai Citarum, tiga Waduk besar telah dibangun yaitu Jatiluhur (th 1962), Saguling (th 1984), dan Cirata (th 1988), serta terdapat kemungkinan untuk membangun PLTA lagi seperti Rajamandala 47 MW.
Terjadinya Percepatan Sedimentasi di Waduk Saguling Sedimentasi Mempengaruhi Masa Manfaat Waduk Untuk Operasional Pembangkitan. Berdasarkan hasil survey BATHYMETRI tahun 2004, volume tampung waduk selama 23 tahun berkurang 17 %. Rata-rata sedimen yang masuk ke waduk 5.5 Juta M3/Tahun.
Laju sedimentasi di dead storage 3,85 Juta M3/Tahun. Sementara desain volume dead storage 167 Juta M3. Desain umur layan waduk 59 Tahun, sehingga masa layan waduk untuk operasional pembangkitan tersisa 25 tahun.
Upaya penghijauan di DAS Citarum terus dilakukan. Green Belt Waduk PLTA Saguling terdiri dari 403.573 Pohon Produktif. Catchment Area (Plg, Lmj, Ckl & Bgk memiliki 116.500 Pohon. Daerah sekitar PLTA Parakan Kondang ada 2.250 Pohon. Daerah sekitar PLTA Ubrug = 2.250 Pohon, Daerah sekitar PLTA Kracak = 2.750 Pohon, P3T : 70 Ha Tanaman Kopi Di Pangalengan.
Untuk mengatasi penggalian pasir di sekitar waduk Saguling, Koperasi Komunitas Saguling (KKS) berperan penting. Sebanyak 98 org dari 364 Penggali Pasir telah beralih profesi. KKS ini merupakan koperasi binaan UBP saguling untuk Masyarakat Penggarap sekitar Waduk di 50 Desa.
Masa manfaat waduk Saguling untuk operasional pembangkit dipengaruhi oleh kondisi erosi di daerah tangkapan. Laju sedimentasi di Waduk Saguling saat ini sudah di ambang batas desain.
Perbaikan DAS Citarum memerlukan kerjasama semua pihak yang berkepentingan. Karena itu perlu dibuat kesepakatan rencana tindak yang melibatkan multi pihak dan secara riil diimplementasikan. Program penghijauan untuk perbaikan DAS harus difokuskan di Das Citarum Hulu. Motto “HILIR PEDULI HULU MENANAM” perlu lebih dikembangkan. Selain itu, pendekatan struktural dengan membangun Check Dam atau Sediment Trap di sub-DAS yang tingkat erosinya tinggi.
- PLTA Cirata
Cirata memiliki 8 unit pembangkit listrik dengan total daya terpasang 1.008 MW dengan produksi energi listrik rata–rata 1.428 GWh per-tahun.
UP Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara, dengan bangunan Power House 4 lantai di bawah tanah yang mengoperasikannya dikendalikan dari ruang control Switchyard berjarak sekitar 2 km dari mesin–mesin pembangkit yang terletak di Power House.
PLTA Cirata, sejak pertama dioperasikan pada tahun 1988 dikelola oleh PT. PLN (persero) Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat (PT. PLN KJB) Sektor Cirata. Pada tahun 1995 terjadi restruktirisasi di PT PLN (Persero) yang mengakibatkan pembentukan 2 anak perusahaan pada tanggal 3 Oktober 1995, yaitu PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali (PT. PLN PJB 1) dan PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali (PT. PLN PJB 11), sehingga Sektor Cirata masuk wilayah kerja PT PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali 11. Kemudian pada tahun 1997, Sektor Cirata berubah nama menjadi PT PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa – Bali 11 Unit Pembangkit CIRATA (UP CIRATA).
Kegiatan Usaha
Produksi & System Pengoperasian
Kegiatan usaha adalah pembangkit tenaga listrik dengan total daya terpasang 1.008 Mega Watt (MW), terdiri atas Cirata 1 (4 Unit masing-masing operation daya terpasang 126 MW) yang mulai dioperasikan tahun 1988 dengan total daya terpasang 504 MW, dan Cirata 11 (4 Unit masing-masing 126 MW) yang mulai dioperasikan sejak tahun 1997 dengan daya terpasang 504 MW. Cirata 1 dan 11 mampu memproduksi energi listrik rata- rata 1.428 GWh per tahun yang kemudian disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 KV ke system interkoneksi Jawa–Bali.
Untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1.428 GWh, di operasikan 8 buah turbin dengan kapasitas masing–masing 120.000 KW dengan putaran 187,5 RPM. Adapun tinggi air jatuh efektif untuk memutar turbin 112,5 meter dengan debit air meksimum 135 m3/detik.
Mengoperasikan unit pembangkit Cirata dapat dilakukan dengan 3 modesystem mengoperasikan :
- Mode operasi local manual, yaitu system pengoperasian yang dilakukan oleg operator secara manual dari panel unit control Power House.
- Mode operasi local auto, yaitu system pengoperasian yaitu dilakukan oleh operator secara automatic dari panel unit control di ruang Power House.
- Mode operasi remote, yaitu system pengoperasian yang komputerisasi dimana unit dioperasikan dari control desk di ruang kontol Switchyard yang berjarak sekitar 2 Km dari lokasi pembangkit listrik.
Dalam mengoperasikan seluruh unit pembangkit listrik di Cirata, mengutamakan menggunakan mode operasi remote untuk mengoperasikan dan mengontrol semua system, karena lebih efisien dan efektif. Namun demikian operator dilokasi rumah pembangkit selalu siap (standby) dengan mode operasi local auto maupun mode operasi local manual. Kinerja operasional Unit Pembangkit Cirata beberapa tahun terakhir menunjukan bahwa hasil Availability Factor dan Forced Outage Rate diatas standar kelas dunia dari NERC (Nor America Ela) EAF = 89,59 EFOR = 4,46 SOFF = 7,22
Biaya Pembangunan
Pembangunan PLTA Cirata selain dibiaya langsung oleh Pemerintah Indonesia melalui dana APBN dan Non APBN serta dana PLN juga mendapat bantuan pinjaman dari luar negeri, yaitu :
a. IBRD (International Bank for Recontruction and Development)
b. CDC (Commonth Wealth Development Cooperation)
c. SC (Suppliers Credits)
d. Pemerintahan Austria.
Total biaya pembangunan PLTA Cirata meliputi :
- · Cirata 1 sebesar $ 565.000.000,00 US Dollars
- · Cirata 2 sebesar terdiri :
– Rp. 132.272.182.061,00,-
– SFR 997.291,00,- (nilai kontrak dilaksanakan pada tahun 1993 dan 1994)
– NTD 207.933.845,00
– Yen 2.791.593.431
Dampak Pembangunan
a) Menghasilkan listrik dengan daya terpasang 1008 MW dan energi pertahun 1.428.000.000 kilo watt jam pertahun, sehingga menambah daya dan keandalan pada system kelistrikan di Jawa-Bali khusus di Area 11.
b) Menghemat devisa (bahan bakar minyak) sebesar 428.000 ton pertahun.
c) Meningkatkan keandalan penyediaan air waduk Jati Luhur untuk air minum dan irigasi.
d) Memacu perkembangan industri/perekonomian.
e) Mengembangkan usaha perikanan dan pariwisata.
Organisasi
Organisasi UP Cirata, sejak 21 Oktober 1999 mengalami perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PLN PJB 11 yang fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan situasi bisnis yang selalu berubah. Perubahan yang mendasar dari Unit Pembangkit adalah dipisahkannya fungsi operasi dan fungsi pemeliharaan, sehingga unit pembangkit menjadi organisasi yang lean & clean dan hanya mengoperasikan pembangkit dan hanya mengoperasikan pembangkit untuk menghasilkan Gwh.
Sumber daya Manusia
Manusia adalah asset terpenting dalam perusahaan sehingga UP Cirata memberikan kesempatan kepada seluruh pegawainya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan agar menjadi SDM yang professional sehingga tercipta lingkungan kerja yang menggairahkan dan memotivasi mereka untuk selalu bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Sikap profesionalisme para pegawai tetap kami pertahankan dan ini terlihat dari hasil kinerja kami. Jumlah pegawai kami saat ini sekitar 114 orang.
Manajemen Sumber Daya Energi
Air merupakan sumber energi utama yang kami gunakan untuk memutar turbin pembangkit tenaga listrik sebanyak 8 unit. Oleh karena itu dibangun Waduk Cirata seluas 62 Km2 dengan elevasi muka air banjir 223 m, elevasi muka air normal 220 m dan elevasi muka air rendah 205 m, sehingga volume air waduk 2.165 juta meter3 dan efektif waduk 796 juta m3. Air waduk ini kami kelola baik jumlah maupun mutunya agar tidak mengganggu/merusak mesin–mesin kami.
- PLTA Ir. H. Juanda (Jatiluhur) Waduk Jatiluhur
Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta. Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 milyar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama diIndonesia.
Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh PT. PLN (Persero).
Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum untuk wilayah sekitar Purwakarta, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.
Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.
Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam kita dapat memancing penuh ketenangan sambil menikmati ikan bakar.
Dikawasan ini pula kita dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola oleh PT. Indosat Tbk. (±7 km dari pusat Kota Purwakarta), sebagai alat komunikasi internasional. Jenis layanan yang disediakan antara lain international toll free service (ITFS), Indosat Calling Card (ICC), international direct dan lainnyA.
Fakta Tentang Citarum
Sungai Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di
Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Sungai Citarum dengan panjang 269 km bersumber dari
mata air Gunung Wayang
(di sebelah selatan kota Bandung), mengalir ke utara
melalui bagian tengah wilayah propinsi Jawa Baratdan bermuara di Laut Jawa.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum seluas 12.000 km2 meliputi 12 wilayah administrasi
kabupaten/kota yaitu:
Kab.Bandung,
Kab.Bandung Barat, Kab.Bekasi,
Kab.Cianjur, Kab.Indramayu,
Kab.Karawang, Kab Purwakarta, Kab.Subang, Kab.Sumedang
Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Cimahi.
Pemerintah membuat tiga bendungan dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai ini di antaranya yaitu: PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA Ir. H. Djuanda atau yang dikenal dengan PLTA Jatiluhur.
Berdasarkan Permen PU No.11A Tahun 2006, wilayah sungai Citarum merupakan wilayah sungai lintas Provinsi
(Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum merupakan wilayah sungai lintas
Provinsi Banten-DKI Jakarta-Jawa Barat) yang kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah Pusat.
Total Area: 12.000 KM persegi
Populasi di sepanjang sungai: 10 juta (50% urban)
Populasi yang dilayani: 25 Juta
Tenaga listrik yang dihasilkan: 1400 Mega Watt
Area Irigasi: 240,000 hektar Sumber Suplai Air 80 % penduduk Jakarta (16 m3/s)
Laboratorium Alam dan Budaya
Sungai Citarum merupakan sungai purba yang dekat dengan sejarah terbentuknya cekungan Bandung. Potensi sungai ini sangat luar biasa sebagai pemasok air baku, irigasi dan pembangkit listrik bagi Pulau Jawa dan Bali. Selain itu banyak potensi lainnya di sungai Citarum ini yang belum sepenuhnya diteliti dan digarap.
Dari sisi keanekaragaman hayati sepanjang aliran Sungai Citarum, potensi kebumian seperti gas alam, serta sejarah dan budaya. Masih banyak pekerjaan rumah untuk menggali potensi Sungai Citarum, sebagai salah satu laboratorium alam yang kaya akan potensi alam dan budaya, sebagai bagian dari kekayaan bangsa Indonesia dan masyarakat Jawa Barat pada khususnya. Serta masih banyak pekerjaan untuk menata kembali lingkungan yang terlanjur rusak.
Jika upaya dan inisiatif yang baik ini terus dilakukan bersama dan sinergi oleh semua pihak, memulihkan Sungai Citarum bukan lagi menjadi hal yang mustahil.
Tag:Pengetahuan